Jepara, 4 Oktober 2025 – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro menyelenggarakan Workshop dan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Akuakultur Berdampak dan Dampak Akuakultur” di Ruang Theater, Kampus Teluk Awur, Jepara.
Kegiatan ini menghadirkan pakar dari dalam dan luar negeri untuk membahas arah pengembangan akuakultur berkelanjutan melalui kolaborasi antara akademisi, industri, dan komunitas.

Kebijakan dan Arah Pengembangan Akuakultur
Sesi pertama dibuka oleh Prof. Alim Isnansetyo (Universitas Gadjah Mada) yang menyoroti konsep DIKTISAINTEK Berdampak—kolaborasi lintas sektor dalam pendidikan tinggi, riset, dan inovasi akuakultur.
Prof. Alim menekankan pentingnya peningkatan kualitas penelitian, penguatan infrastruktur, serta dukungan kebijakan yang berpihak pada pengembangan akuakultur berkelanjutan. “Sektor akuakultur harus mampu memberi dampak sosial, ekonomi, dan ekologis yang nyata,” tegasnya.

Inovasi dan Amalan Akuakultur Baik
Pembicara berikutnya, Prof. Murni Marlina Abd. Karim (Universiti Putra Malaysia), mengangkat isu tantangan utama akuakultur seperti penyakit, pencemaran, dan penggunaan antibiotik berlebih.
Ia menyoroti pentingnya penerapan Good Aquaculture Practices (GAP) serta inovasi seperti teknologi bioflok, probiotik, Recirculating Aquaculture System (RAS), dan akuaponik.
“Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga menjaga kualitas air dan mendukung ekonomi sirkular,” ujarnya.

Teknologi Pembiakan dan Akuakultur Berdampak
Assoc. Prof. Ching Fui Fui (Universiti Malaysia Sabah) menjelaskan bahwa keberhasilan industri akuakultur bertumpu pada teknologi pembiakan ikan.
Melalui inovasi dalam seleksi induk, pengelolaan hatchery, serta peningkatan ketahanan terhadap penyakit, sektor ini dapat menghasilkan benih unggul yang memberikan dampak ekonomi, sosial, dan ekosistem secara seimbang.

Sistem Akuakultur Terintegrasi (IMTA)
Dalam paparannya, Dr. Nuril Azhar mempresentasikan konsep Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) sebagai pendekatan berkelanjutan yang memadukan beberapa organisme dari rantai trofik berbeda.
Model ini terbukti mampu meningkatkan efisiensi ruang dan sirkulasi nutrien, sekaligus mengurangi limbah melalui peran organisme penyaring dan makroalga.

Diskusi Pakar dan Hasil FGD
Kegiatan FGD melibatkan pakar dari berbagai bidang mulai dari budidaya udang, karang, ekoturisme, industri akuakultur, oseanografi, hingga ekologi lamun.
Diskusi menekankan pentingnya penguatan literasi teknologi, pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan, serta kemitraan akademisi–industri untuk mendorong hilirisasi inovasi di bidang akuakultur.
Melalui workshop dan FGD ini, FPIK Universitas Diponegoro mempertegas komitmennya dalam mendukung pengembangan akuakultur yang tidak hanya produktif, tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
